Maafkan Aku

     Suatu hari di siang bolong, Keluarganya Fairuz berencana untuk mengajak anaknya jalan-jalan ke suatu tempat wisata untuk bersenang-senang. Namun Fairuz ingin menolaknya untuk tidak ikut kesana. Dia sudah mengatakan ini ke Kakaknya dan dia menerimanya kalau Fairuz ingin di rumah saja sehingga yang diajaknya itu hanya kakaknya saja, Karena Fairuz butuh waktu untuk sendiri. Ibunya menolak permintaan Fairuz untuk tidak ikut jalan-jalan bersama keluarganya, Fairuz sudah menjelaskan itu ke Ibunya untuk tidak ikut namun tetap saja ditolak. Alhasil Fairuz Pasrah dengan itu sehingga mau gak mau dia tetap ikut untuk jalan-jalan.

    Beberapa menit kemudian, Fairuz dan Keluarganya sudah siap berkemas untuk Jalan-Jalan. Fairuz menyembunyikan wajah pasrah itu dan menggantinya dengan wajah bahagia... walaupun ekspresi tersebut hanyalah palsu agar dia mengira sedang "bersenang-senang" dengan keluarganya. Mereka pun berangkat ke Terminal Busway untuk menunggu transportasi itu yang akan datang disana. Fairuz dengan wajah bahagianya yang Palsu itu hanya mengikuti kemauan keluarganya saja. Fairuz sudah berusaha tapi Ibunya menolak permintaan dia untuk butuh waktu sendiri dirumahnya.

    Mereka sudah sampai di Terminal Busway, Fairuz dan keluarganya mulai menunggu Busway yang akan datang, Ibu dan Kakaknya sedang mengobrol Rute Busway untuk ke Tempat Wisata, sedangkan Fairuz hanya terdiam saja. Bayangan Fairuz seperti Film, yang dimana Ibunya sebagai Pemeran Utama, sedangkan Kakaknya sebagai Pemeran Pendukung. Untuk dirinya hanya sebagai Figuran semata. Dalam hati Fairuz berbisik ke Pikiran Fairuz untuk melakukan sesuatu namun dirinya tidak mau melakukan itu.

    Busway yang mereka tunggu pun tiba dan mereka langsung naik. Ibu dan Kakaknya duduk di Ruang Khusus Wanita sedangkan Fairuz duduk di paling belakang, entah apa yang terjadi di dalam dirinya untuk duduk di paling belakang itu walaupun banyak sekali kursi kosong yang harus dia tempati sebelum orang-orang di Terminal yang mereka tempati hingga halte berikutnya akan menempati di kursi kosong itu. Sebelum mereka naik itu, Ibunya mengatakan kalau Tempat Wisatanya berada di Halte yang paling jauh jadi mereka harus menunggu Busway itu sampai di Halte itu. Fairuz dan Kakaknya mengiyakan, namun Fairuz punya rencana lain yang harusnya tidak mau melakukan itu.

    Busway pun jalan namun kadangpula berhenti di Halte untuk menunggu penumpang yang akan masuk di Transportasi itu. Fairuz yang disepanjang perjalanannya hanya terdiam sambil mendengarkan lagu di headsetnya juga melihat luar lewat jendela itu sambil berpikir untuk melakukannya itu atau tidak. Fairuz juga berpikir tentang penyesalan setelah dirinya melakukan itu sambil Busway tersebut masih berjalan dan berhenti.

    Saat Halte selanjutnya berhenti, Fairuz pun keluar secara diam-diam ke Halte yang bukan tujuan ke Tempat Wisata itu. Ibu dan Kakaknya tidak sadar kalau anak itu keluar diam-diam karena mereka sibuk dengan dirinya masing-masing, bahkan diantara mereka ada yang tidur. Fairuz melihat Busway yang Ibu dan Kakaknya ditumpagi pergi meninggalkan dirinya, sebetulnya dia tidak mau melakukan ini namun dia sudah terlanjur hingga akhirnya dia mencari halte lain untuk pulang ke rumahnya itu tanpa rasa bersalah.

    Setelah perjalanan panjang, Ibu dan Kakaknya pun sampai ke Halte yang berdekatan dengan tempat wisata itu, Saat melihat keberadaan Si Fairuz yang duduk sendiri di paling belakang, Ibunya malah kaget melihat dia tidak ada disana, yang ada tempat tersebut ditempati oleh orang lain. Kakaknya sempat menanyakan beberapa penumpang tentang keberadaan si Fairuz itu namun mereka hanya mengelenggkan kepala saja. Petugas Busway itu menyarankan mereka untuk keluar dari Busway itu untuk melanjutkan pemberhentian halte berikutnya. Ibunya sempat menanyakan keberadaan Fairuz itu ke petugas namun dia juga menggelengkan kepala.

    Sementara itu, Fairuz sampai dirumahnya dari Terminal Busway itu dengan ekspresi tanpa rasa bersalah. Saat dirinya memegang gagang untuk membuka pintu, Tiba-tiba saja dirinya terdiam dan mengeluarkan setetes air mata yang turun di pipinya karena dia merasa menyesal melakukan "rencana jahat" itu. begitu pula Ibunya yang berada di Halte dekat Tempat Wisata itu menangis histeris karena anak itu hilang tanpa sebab, Kakaknya berusaha menenangkan ibunya hingga beberapa orang disekitarnya hanya melihat mereka bahkan hanya satu orang yang berusaha menenangkannya. Fairuz yang sampai di depan pintu lalu perlahan bersandar juga menangis histeris dan mengucapkan "Maafkan Aku..." keberapa kalinya hingga dilihat oleh tetangga juga orang-orang disekitarnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Izinkan Aku Untuk Tertidur...

(Dialogue Preview) Adikku Butuh Pendamping

(Dialogue Preview) Jebakan dan Pengkhianatan